Kobra Jawa Apakah Berbisa

Kobra Jawa Apakah Berbisa

Habitat Ular Kobra Jawa

Sesuai dengan namanya, habitat utama ular kobra Jawa berada di Pulau Jawa.

Habitat aslinya sebagian besar berada di hutan hujan tropis, persawahan, hingga pekarangan.

Hewan ini mudah beradaptasi sehingga kerap ditemukan di berbagai tipe habitat, termasuk di perkotaan.

Melansir Wildlife Preservation Canada, kobra Jawa bahkan paling sering ditemui di Kota Jakarta.

Hewan melata ini hidup di atas tanah (terrestrial), terutama di area persawahan dan pekarangan.

Menjadi hewan nokturnal, ular kobra Jawa aktif mencari mangsa di malam hari.

Target sasarannya adalah mamalia kecil, tikus, burung, kodok, ular, dan hewan amfibi lainnya menjadi makanan favorit bagi ular kobra Jawa.

Tak heran jika keberadaan hewan ini penting sebagai pengontrol populasi hewan pengerat.

Baca Juga: 3 Jenis Tanaman yang Bisa Dicangkok, Bisa Bikin Pohon Berbuah Lebih Cepat!

Ciri-ciri Ular Sendok Hitam atau Kobra Jawa

Setelah mengetahui jawaban bahwa ular sendok dan kobra Jawa merupakan jenis ular yang sama, tidak ada salahnya untuk mengenal secara lebih dekat dengan ular ini. Terdapat ciri-ciri ular sendok atau kobra yang dapat diketahui oleh manusia. Berikut beberapa di antaranya:

Ciri-ciri pertama dari ular sendok hitam atau kobra Jawa adalah memiliki warna yang khas. Dikatakan dalam buku sebelumnya bahwa warna ular ini cenderung terlihat coklat pudar hingga hitam mengkilap. Panjang tubuh ular ini rata-rata 1,4 meter hingga 4 meter saja. Namun demikian, menurut buku 'Rahasia Ular' karya Wong Comic, warna ular kobra Jawa atau ular sendok dapat berkombinasi dengan merah keabu-abuan, kuning, hingga putih.

Ular Kobra Hutan (0,225 Mg/Kg)

Masuk urutan empat kobra paling berbahaya di dunia, nama ilmiah ular ini adalah Naja melanoleuca. Spesies ini dijumpai di banyak negara Benua Afrika, seperti Senegal, Somalia, Sudan, Tanzania, dan Zimbabwe.

Berbeda dengan kobra kaspia yang begitu agresif, kobra hutan selalu waspada dan menunjukkan perilaku gugup. Namun, kobra hutan memiliki racun mematikan yang bisa menyebabkan kematian dalam rentang waktu 30 hingga 120 menit.

Perilaku yang Unik

Meskipun dikenal sebagai hewan berbahaya yang ditakuti oleh umat manusia, ternyata ular sendok atau kobra Jawa memiliki perilaku yang unik. Salah satunya kebiasaan mereka yang kerap menghindari manusia. Alih-alih senang berada di sekitar manusia, ular sendok hitam atau kobra Jawa cenderung pasif. Bahkan mereka termasuk hewan nokturnal yang aktif di malam hari. Hal inilah yang membuat jenis ular ini lebih sering mencari mangsa di waktu malam.

Ular Kobra Bermata Satu (0,47 Mg/Kg)

Kobra bermata satu atau nama Latinnya, Naja kaouthia, dapat ditemukan di banyak negara Asia Tenggara, mulai dari Bangladesh hingga Vietnam. Ular ini memangsa mamalia kecil, amfibi, ular, dan reptil lainnya.

Dengan ukuran rata-rata 1,35 hingga 1,5 meter, Naja kaouthia memiliki racun kuat yang terdiri dari neurotoksin postsinaptik. Usai terkena, korban gigitannya akan mengalami gejala berupa rasa kantuk, muka memerah, hingga pusing dalam waktu 1 sampai 4 jam.

Mampu Menyemburkan Bisa

Tidak hanya memiliki bisa yang sangat berbahaya, jenis ular yang satu ini juga memiliki kemampuan dalam menyemburkan bisa hingga jarak tertentu. Dikatakan bahwa semburan ular sendok atau kobra dapat berjarak sejauh 2 meter. Meskipun tidak masuk ke dalam tubuh, apabila bisa ular sendok atau kobra mengenai area mata dapat menimbulkan gangguan penglihatan sementara hingga adanya kemungkinan resiko kebutaan.

Ular Kobra India (0,29 Mg/Kg)

Biarpun terkenal ganas dan sering menggigit manusia, kobra india sangat dihormati oleh umat Hindu dan bahkan disembah dalam Festival Hindu Nag Panchami. Ular bernama Latin Naja naja ini dapat ditemukan di Bangladesh, Bhutan, India, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka.

Racun kobra india tersusun atas neurotoksin postsinaptik dan kardiotoksin. Bila digabungkan, racun ini bisa menyerang jantung, paru-paru, sistem saraf, dan sistem muskuloskeletal korbannya. Jika tidak diobati, racun kobra india mengakibatkan kematian sekitar 30%.

Ular Kobra Penyembur Khatulistiwa (0,60 Mg/Kg)

Spesies kobra dengan racun paling mematikan nomor sepuluh adalah kobra penyembur khatulistiwa (equatorial spitting cobra). Ular ini terdapat di wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Filipina, Brunei, Indonesia, dan Singapura.

Ketika terancam, kobra bernama Latin Naja sumatra ini akan langsung meludahkan bisa atau menggigit. Bisa yang dimilikinya adalah campuran dari neurotoksin, sitotoksin, dan kardiotoksin. Bila tidak diobati, racunnya akan menyebabkan kematian.

Ular Kobra Tanjung (0,37 Mg/Kg)

Gigitan kobra tanjung dianggap sebagai keadaan darurat medis yang memerlukan perawatan segera untuk menghindari kematian. Perawatan standar gigitan ular ini adalah rawat inap, pembersihan lokasi luka, serta intubasi dan ventilasi.

Spesies kobra tanjung adalah hewan endemik Afrika bagian selatan. Ia dapat hidup di berbagai habitat seperti sabana, semak belukar, gurun, dan daerah semi gurun. Kebiasaannya menyambangi rumah manusia menjadikannya salah satu ular paling ditakuti di Afrika.

Apakah Ular Sendok Hitam Sama dengan Kobra Jawa?

Jawabannya adalah ya. Mengapa? Alasannya karena istilah ular sendok hitam rupanya digunakan oleh masyarakat untuk menggambarkan jenis kobra Jawa. Mengacu dari buku 'Ensiklopedia Fauna Dunia' karya Shafa Faizah, dijelaskan bahwa kobra disebut juga sebagai ular sendok.

Hal tersebut dikarenakan ular kobra memiliki karakteristik yang akan mengembangkan bagian lehernya menjadi lebih besar saat merasa terancam. Inilah yang menyebabkan ular kobra disebut juga sebagai ular sendok.

Sementara itu, menurut buku 'Kamus Istilah Dunia Peternakan' oleh Komang Budaarsa, ular kobra didefinisikan sebagai ular sendok; ular berbisa dari suku Elapidae. Disebut sebagai ular sendok karena kemampuannya menegakkan dan memipihkan lehernya saat merasa terganggu. Proses memipihkan leher di bagian kepala ular inilah yang membuatnya terlihat layaknya sendok.

Selanjutnya disampaikan dalam buku 'Buku Pintar Hewan Buas' yang ditulis oleh Jumanta, ular kobra atau ular sendok sama-sama memiliki nama ilmiah Naja sputatrix. Meskipun memiliki istilah yang berbeda, keduanya adalah ular yang sama. Ular sendok disebut juga sebagai ular kobra.

Namun demikian, ular sendok atau kobra Jawa berbeda dengan king cobra. Hal ini dikarenakan king cobra memiliki nama ilmiah ophiophagus hannah dengan nama lain disebut juga sebagai ular tedung atau ular anang.